Ekspedisi Lereng Merapi - Catatan Perjalananku: Hari Keenam

Selamat Tinggal Dusun Sumber...

Pagi ini aku dibangunkan Rania dari tidurku. Ini adalah hari terakhir kami di Dusun Sumber. Aku melanjutkan mengepak barang-barangku. Setelah selesai, aku menunggu kakak Jaladwara datang ke rumah untuk memotret aku dan Rania bersama keluarga asuh. Malam sebelumnya, mereka memang telah menginformasikan kami tentang pemotretan bersama keluarga asuh. Kak Tilot dan Kak Rinta akhirnya datang dan memotret kami di teras depan rumah. Setelah difoto bersama, aku dan Rania menyerahkan kenang-kenangan atau cinderamata untuk orang tua asuh kami. Aku telah membuatnya di rumahku sebelum berangkat ekspedisi. Barang yang kuberikan berupa tas kain polos yang kulukisi gambar burung flamingo dengan cat akrilik. Setelah menyerahkannya dan mengucapkan terima kasih serta meminta maaf atas kesalahan yang sudah terjadi, kami pergi ke sanggar. 

Foto bersama keluarga asuh
(Dari kiri ke kanan) Pak Jamal, Rania, aku, Angel, Bu Priati

Di sanggar, kami ditanyai beberapa pertanyaan tentang bagaimana rasanya melepas ponsel selama beberapa hari, apa saja yang ingin dipelajari lebih lanjut setelah mengikuti ekspedisi ini, dan beberapa pertanyaan lainnya. Kami disuruh menuliskan jawabannya di log book masing-masing. Setelah itu, kami disuruh mengomentari (3 positif & 3 negatif dari teman itu) teman-teman kami di log book mereka. Log book-log book ini lalu diputar. Saat mengomentari, aku kadang bingung mengomentari apa di log book teman yang tidak pernah kuajak ngobrol.

 Aku sedang mengomentari di sebuah log book


Setelah kembali mendapatkan log book masing-masing, Pak Untung menutup acara dengan salam perpisahan, dan pada saat itu juga Nara di-prank habis-habisan! Itu bermula dari ketidaksopanan Nara terhadap Orang Tua Asuhnya sehingga ia dimarahi habis-habisan oleh Pak Untung. Pak Untung sampai menunjuk-nunjuk Nara dan memelototinya. Aku merasa suasananya menjadi tidak nyaman lagi. Akhirnya Nara dibawa ke belakang bersama Pak Untung. Dan tiba-tiba ketika sudah sampai belakang, aku mendengar suara tawa. Aku awalnya tak mengerti. Ternyata Nara diberi tumpeng dan diberi ucapan selamat ulang tahun! Hari ini ternyata hari ulang tahun Nara! Kami lalu dibagikan tumpeng. 



Nara sedang memotong tumpeng


Salam perpisahan dengan teman-teman dusun

Setelah selesai makan-makan, kami pulang menaiki angkot Pak Sis yang sudah menunggu. Kami akhirnya sampai di Terminal Muntilan. Dan seperti waktu berangkat, kami menaiki bus Cemoro Tunggal, bus TransJogja, sampai akhirnya tiba di titik perpisahan, Stasiun Lempuyangan.

 Di dalam Bus Cemoro Tunggal

Di dalam bus TransJogja

Kami mencari makan siang di sana. Aku sendiri membeli makan siang roti'o pastry dengan kotak makanku. Kemudian, akhirnya KA Progo, kereta yang kunaiki datang. Aku ternyata satu kereta dengan Bagas, Rakka, Fatih, Nara, dan Kak Wildan yang sama-sama menaiki kereta api jurusan Jakarta. Aku dan kakakku akan turun di Stasiun Gombong. Di kereta, kami saling berburu foto aib. Bagas lalu dengan bangganya memamerkan medali emas taekwondo-nya, kucingnya, dan apa saja yang bisa dipamerkannya. 

Berjalan menuju Stasiun Lempuyangan

Akhirnya kami mengantri memasuki peron.
Sayonara!


Setelah 2 jam di kereta, aku dan kakakku akhirnya sampai di Stasiun Gombong. Aku dan Kakakku dijemput oleh Mama dan Papa. Dan akhirnya... Kami sampai di RUMAH!!!

Kesan-kesanku

Banyak sekali kesan yang terkenang dari ekspedisi ini. Mulai dari Jaladwara, sampai Dusun Sumber. Banyak sekali pikiran-pikiran menakjubkan di benakku yang segera ingin kuceritakan kepada orang tuaku ketika sampai di rumah. Menurutku, Dusun Sumber adalah dusun yang sangat hebat. Jalinan persahabatan antartetangga di sana sangatlah kuat. Aku terkagum-kagum ketika mendengar cerita Pak RW tentang pembangunan rumahnya, kisah Festival Lima Gunung, cerita Bu Priati tentang halal bihalal, Sanggar Inklusi, dan Sanggar Bangun Budaya. Selain itu, budaya di sana juga masih sangat kuat. Karena mereka mengangkat budaya mereka, turis dari luar negeri jadi sering berdatangan untuk menonton festival atau live in di Dusun Sumber. Bu Priati berkata, "Beberapa hari setelah kamu pulang, akan datang orang Australia menginap di sini."  Ia juga bercerita, bahwa dulu ada orang Jepang yang juga menginap di rumahnya. Selain itu, ternyata anak-anak dari Dusun Sumber juga sering masuk acara TV. Mereka juga rutin membuat film dengan jangka waktu latihan yang pendek! Keren sekali! ;-D

Aku juga memiliki kesan terhadap Tim Jaladwara. Menurutku, mereka sangat pandai untuk mencari lokasi yang sangat menginspirasi dan pandai sekali menjelaskan sejarah candi-candi. Mereka juga begitu peduli dengan alam. Mereka menentang sampah plastik dan polusi air serta udara. Aku jadi terinspirasi oleh mereka. Selain itu, ekspedisi yang mereka buat itu sangat bermakna dan memberiku banyak pelajaran tentang ketepatan waktu, perusakan lingkungan, dan banyak hal lainnya. Terima-kasih Kakak Jaladwara! Ekspedisi ini adalah pengalaman yang tak akan kulupakan!


" Traveling isn't always pretty. 
It isn't always comfortable. 
Sometimes it hurts, it even breaks
your heart. But that's okay

The journey change you; it should change you.
It leaves marks on your memory,
on your consciousness,
on your heart, and on your body. 

You take something with you.
Hopefully, you leave something 
good behind"

-Anthony Bourdain-





-Tamat-

Sumber foto: Tim Jaladwara

Komentar

Postingan Populer