Ekspedisi Lereng Merapi - Catatan Perjalananku: Hari Kedua

Pergi ke Sawah
Aktivitas pagi ini adalah mengintip pekerjaan orang tua asuh kami. Orang tua asuhku adalah seorang petani cabai, tomat, dan padi. Oleh karena itu, kami diajak ke sawah milik mereka. Aku pergi ke sawah berempat bersama Rania, Angel, dan Ibu Asuh (Bu Priati).  Di sana kami diajarkan cara merawat tanaman dari hama yang dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman, yaitu dengan mencabuti rumput liar, membuang cabai yang sudah busuk yang dapat mengundang lalat buah, serta mencabut daun-daun kering agar tidak menghambat pertumbuhan tanaman itu sendiri. Sembari Bu Priati menjelaskan, Pak Jamal (bapak asuh kami) yang berangkat lebih pagi dari kami bekerja di sawah menyemproti hama. Aku cukup menikmati perjalanan ke sawah pagi ini. Sawah itu sangat indah serta tenang. Hawa di sana segar dan sejuk. 

Sepulang dari sawah, kami diberi waktu istirahat untuk mandi dan makan pagi. Karena semuanya sudah bebas tugas, kami bermain bersama di sanggar. Kami bermain beberapa permainan kartu seperti teplok nyamuk, uno, dan kakak teladan. Sebelumnya, aku belum pernah bermain bahkan belum mengenal permainan kartu kakak teladan. Ternyata, kakak teladan itu permainan kartu yang mengasah memori. Susah rasanya mengingat semuanya, tapi menurutku kakak teladan adalah suatu permainan yang cukup mengasyikan.


 Kami sedang bermain uno bersama

Bermain kakak teladan

Eksplorasi Aktivitas Sosial Dusun Sumber #1

Sesudah bermain bersama yang penuh dengan tawa, setiap kelompok diber tugas membuat mindmap tentang Dusun Sumber. Kelompokku mendapat tema Aktivitas Sosial di Dusun Sumber. Kelompok lain mendapatkan tema lain. Ada yang mendapatkan tema Pangan, Air, dan Aktivitas Masa Kecil. Mindmap kelompokku bisa dibilang kacau dan benar-benar tidak rapi, padahal Alesha sudah membuat tulisan untuk judulnya sangat indah. Kami akhirnya memutuskan untuk tidak membuat mindmap dulu. Mindmap yang kacau dibuat coret-coretan.


Kelompok kami sedang membuat mind map
                                                               
Permainan Favorit Selama Ekspedisi

Beberapa permainan selama ekspedisi sangat kusukai, salah satunya permainan siang ini. Permainan siang ini adalah permainan di luar lapangan yang membutuhkan kerja sama. Kami bermain di lapangan voli yang berpasir dan sangat berdebu. Di sana kami bermain benteng-bentengan. Permainan itu sangat seru. Kami harus cepat berlari, tangkas, dan merancang strategi. Itulah kunci kemenangan bermain permainan tersebut! Oh ya, kelompokku sempat juga berdebat tentang peraturan bermain dengan kelompok lawan lho! Hehehe... 


 Kelompokku sedang merancang strategi

Saling berusaha menangkap lawan

Setelah selesai bermain, kami penuh dengan debu. Kami semua lalu satu per satu bergantian mencuci kaki kami di sanggar. Air di bak itu terasa sangat segar!!!

Bakwan Kimpul Rasa Tangan Berlima

Dusun Sumber memiliki berbagai makanan khas, salah satunya adalah bakwan kimpul. Sore ini, kami ditugaskan untuk menyelidiki makanan khas Dusun Sumber, tapi karena makanan yang bisa diselidiki hanya tiga macam, yaitu kue cucur, bakwan kimpul, dan kripik kimpul, beberapa anak termasuk aku harus pindah kelompok agar kelompoknya hanya tiga, bukannya empat. Aku pindah ke kelompoknya Rania yang ternyata akan belajar membuat bakwan kimpul. Kami berjalan kaki ke rumah sang pembuat bakwan kimpul didampingi Kak Inu dan Kak Shanty. Ternyata sang pembuat bakwan itu Bu Murni. Kami diajari membuat bakwan kimpul. Hampir semua tahap pembuatannya kucoba satu-satu, mulai dari mengupas bawang, memarut kelapa dengan parutan mesin berputar yang mengerikan, mengupas kimpul, memarut kimpul dengan parutan yang sama pula, mencampur parutan kimpul dengan bahan-bahan lainnya menggunakan tangan langsung, sampai menggorengnya.


 Aku sedang menggoreng bakwan kimpul

Bu Murni sedang membumbui bakwan

Ini resep bahan bakwan kimpul:
- Kimpul/talas parut
- Santan (parutan kelapa yang diperas)
- Air
- Garam
- Bawang putih (dihaluskan)
- Bawang merah (dihaluskan)
- Tepung terigu

Proses yang paling menyenangkan di antara semuanya adalah proses mencampurnya. Tekstur kimpul memang sangat licin dan berlendir, jadi rasanya ketika mencampurnya seperti bermain slime berwarna putih yang dingin! Semuanya ikut mencoba kecuali Kak Rayda yang sibuk menulis, bahkan Brian dan Rakka memasukan tangan mereka bersama-sama. Tapi, efek akibat mencampur kimpul adalah tangan kami jadi gatal! Untungnya kegatalan itu tidak berlangsung lama.

Ketika mencicipi bakwan kimpul rasa tangan berlima itu, rasanya menurutku seperti tempe. Teman lain merasa rasanya seperti fish and chips, sedangkan Kak Rayda merasa rasanya berganti-ganti, katanya pertama kali mencoba rasanya seperti fish and chips, lalu menjadi rasa tempe, kemudian sepintas rasa blue berry, lalu rasa tepung ayam krispi! Semua langsung heboh dengan rasa blue berry! Setelah itu, kami membawa pulang bakwan kimpul karya kami menggunakan kotak makan untuk dibagikan ke kelompok lain. Kami pun pulang. Sesampainya di sanggar, aku mencoba kue cucur buatan kelompok lain. Rasanya manis. Bagian gosongnya terasa enak : ) Aku juga mencoba kripik kimpul.


Kami berfoto bersama di depan rumah Bu Murni sebelum pulang

Sumber foto: Tim Jaladwara

Komentar

Postingan Populer