Ekspedisi Lereng Merapi - Catatan Perjalananku: Hari Pertama

Keberangkatan

Tanggal 5 Juli 2019 yang lalu, aku bersama Kakak mengikuti acara Ekspedisi Lereng Merapi
di Dusun Sumber. Kami menaiki kereta api dari Stasiun Gombong pukul 04.36 menuju Stasiun Lempuyangan menggunakan KA Progo. Di dalam kereta api, keadaan masih sangat sepi. Dari jendela, pemandangan masih gelap. Kereta penuh sesak. Perjalanan memakan waktu selama dua jam. Ini adalah perjalanan pertamaku menaiki kereta api tanpa orang tuaku.


Aku dan Kakak menunggu kereta di Stasiun Gombong

Sesampainya di Stasiun Lempuyangan, kami mondar-mandir mecari kakak-kakak Jaladwara (Kak Rinta, Kak Inu, Kak Melly, dan Kak Shanty). Karena susah menemukan mereka, aku memutuskan untuk menelpon Mama. Namun akhirnya kami bertemu Nara, teman sesama ekspedisi. Nara lalu membawa kami ke teman lain. Kami lalu bertemu Alyka, Rania, Alesha, Bagas, Rakka, Fatih, Syams, Brian, Kak Rayda, Kak Wildan, Leon, Nayra, dan Fira. Kami lalu bersama-sama menunggu kakak-kakak Jaladwara yang ternyata datang pukul 07.00. Setelah semuanya sudah datang, aku menitipkan ponsel. Kami semua lalu diberi buku saku yang berisi jadwal acara, peta, petunjuk, dan lain sebagainya, lalu kami pun memperkenalkan diri. 


Berkumpul di Stasiun Lempuyangan


Petunjuk pertama yang diberikan adalah mencari makan pagi minim sampah. Kami berkeliling mencari warung di sekitar stasiun. Tapi akhirnya aku memutuskan untuk makan pagi bekal yang sudah disiapkan Mama dari rumah saja. Setelah semuanya selesai sarapan, kami dibagi per kelompok. Ada kelompok Jagangsari, Watu Gedhe, Buk Ijo, dan Nglempong. Aku masuk dalam kelompok Jagangsari. Teman sekelompokku adalah Alesha, Kak Wildan, dan Bagas. Tetapi, terjadi pertukaran kelompok. Leon pindah ke kelompokku, sedangkan Bagas pindah ke kelompok Watu Gedhe. Tiap kelompok diberi sebuah ponsel jadul untuk menelpon kakak-kakak Jaladwara. Kami lalu mempelajarinya dan mencoba menelpon nomor Kak Inu. Awalnya kami kebingungan, tapi akhirnya kami berhasil menelpon nomor Kak Inu.

Setelah semuanya siap, kami berjalan kaki menuju Halte Bus TransJogja dekat SMP 5. Kak Rayda yang memimpin jalannya. Rasanya pundakku pegal karena membawa dua ransel berat

sekaligus. Akan tetapi rasa lelah itu tertutupi karena rasanya senang bisa jalan-jalan bersama dengan teman-teman baru walaupun jalannya cukup jauh. Ketika sampai di jalan besar, aku melihat mural-mural di tembok sekeliling jalan. Di titik itu juga Brian menyadari bahwa jalan yang ditempuh salah! Kami berjalan keluar stasiun lewat pintu timur, akibatnya, kami menempuh jalan yang memutar, jauh lebih jauh daripada jalan lewat pintu barat.

Setelah perjalanan yang melelahkan, akhirnya kami sampai di Halte Bus TransJogja. Kami semua berutang ongkos TransJogja pada Kak Rayda yakni sebesar Rp3.500 . Suasana di halte padat oleh orang-orang yang juga sedang menunggu bus. Kami sendiri, menunggu Bus nomor 5B jurusan Terminal Jombor.


Di Halte Bus TransJogja

Bus itu akhirnya datang. Karena di dalam bus tempat duduk sudah penuh, aku dan beberapa anak lainnya terpaksa berdiri. Ketika bus menambah kecepatan atau berbelok, kami oleng dan saling tubruk-menubruk :v :D 

Sesampainya di Terminal Jombor, kami mondar-mandir mencari Bus Cemoro Tunggal. Akhirnya kami menemukannya berhenti mencari penumpang. Kali ini tak ada yang harus berdiri lagi. Aku merasa sangat beruntung karena saat itu aku mendapat tempat duduk bersama Rania walaupun tempat duduk di dalam bus lumayan sempit ditambah kami

membawa banyak barang. Namun itu sudah cukup bagiku daripada aku harus membopong
kedua ransel beratku :-) Omong-omong, Rania itu teman serumahku nanti di Dusun Sumber. Ia lebih tua setahun dariku. Anaknya menurutku cukup asyik.

Mencari Bus Cemoro Tunggal

Perjalanan menuju Terminal Muntilan dari Terminal Jombor memakan waktu yang cukup lama. Angin semilir di luar membuat semua orang mengantuk, tapi aku tetap dapat menahan kantukku.

Di Terminal Muntilan sendiri, udara cukup sejuk dan dingin. Kami semua berusaha mencari 

angkot berwarna merah muda milik Pak Sis. Sempat kami kebingungan mencari kendaraan itu, tapi akhirnya aku memutuskan untuk menghafalkan plat nomor angkot itu sesuai yang tertera di petunjuk gambar di buku saku. Sesudah menemukan angkot yang tepat, kami masih harus menuggu pengemudi angkot tersebut. 

Menemukan Angkot Pak Sis

Ketika kami semua sudah berada di dalam angkot, seorang Kakak memperkenalkan diri bahwa ia bernama Kak Tilot dari Tim Jaladwara yang dari tadi ternyata mengawasi kami dan mengikuti kami selama perjalanan ini. Kak Tilot lalu membagikan selembar kertas permainan yang berjudul " TENGOK KANAN KIRI, OKE! ". Selembar kertas itu berisi tentang tempat-tempat yang akan kami lewati selama perjalanan seperti Pabrik Beras, Pom Mini, Kincir Angin Belanda, dan lain sebagainya. Totalnya dalam kertas tersebut tertera ada 25 tempat. Tugasku adalah menyilang tempat yang kulihat di sepanjang jalan yang tertera di kertas. Aku harus teliti dan jeli melihat sepanjang jalan. Aku tidak bisa melihat semua tempat itu, hanya beberapa saja yang dapat kulihat.

Setelah beberapa waktu di angkot, kami akhirnya tiba di Dusun Sumber tepat pada saat jam makan siang.  Akhirnya kami tiba di tempat tujuan!

                                                            -oo0oo-


Sejak tahap pertama keberangkatan yaitu menaiki kereta api, sampai tiba di Dusun Sumber, kami selalu menaiki angkutan umum, bukan kendaraan pribadi. Mungkin kakak-kakak Jaladwara ingin membiasakan kami menaiki angkutan umum. Karena jika kupikir-pikir lagi, angkutan umum jauh lebih mengurangi polusi udara. Tapi kenapa orang di Indonesia lebih memilih menaiki kendaraan pribadi, ya? Menurutku, mungkin karena angkutan umum di sini belum semuanya memadai, walaupun di Jogja, angkutan umum  sudah cukup nyaman.

Di daerah tempat tinggalku di kota kecil, jika aku mau menaiki angkutan umum, aku harus menunggu angkot di tepi jalan dengan kepanasan, sedangkan di Jogja, halte bus berada di ruangan tertutup, dan di dalamnya, Bus TransJogja memiliki pendingin ruangan.


Dusun Sumber

Ketika tiba di dusun ini, kami berkumpul dahulu di Sanggar Bangun Budaya. Kami semua kembali memperkenalkan diri kepada teman-teman sanggar yang tinggal di Dusun Sumber. Kami lalu bermain bersama dengan teman-teman yang baru lagi agar kami saling mengenal satu sama lain. Aku berusaha mengingat nama teman-teman baruku, tetapi susah rasanya mengingat semua nama itu. Jadi terkadang aku lupa nama teman-teman sanggar. Setelah sedikit perkenalan dan permainan, aku dan Rania diantar Angel ke rumahnya. Rumah Angel cukup nyaman untuk ditinggali. Begitu sampai di rumah, kami langsung disuguhi teh manis hangat oleh Ibu Asuh (Ibunya Angel) dan diajak makan siang bersama. Kami diajak mengobrol bersama, Ibu Asuh sangatlah ramah menurutku. Kami akan tinggal bersama di rumah Angel selama enam hari.


Usai istirahat, kami akan mengeksplorasi Dusun Sumber. Teman-teman Sumber juga ikut dibagi kelompok agar membantu kami mengeksplorasi dusun. Tiap kelompok dibagikan lembar-lembar foto tempat-tempat di Sumber. Setelah menemukannya, kami harus menggali informasi tentang tempat itu. Permainan ini membutuhkan kerja sama kelompok, sayangnya kelompokku masih sangat pasif dan membosankan : I  : (

Kelompokku sedang menjelajahi dusun bersama teman2 sanggar

Malamnya, kami berdiskusi dan berefleksi bersama. Malam itu cukup dingin, namun ketika jam tidur tiba, aku tidur cukup pulas.


Sumber foto: Tim Jaladwara.


Komentar

Postingan Populer