Ekspedisi Lereng Merapi - Catatan Perjalananku: Hari Keempat

Jelajah Pasar Talun


Pagi ini, kami berjalan kaki ke Pasar Talun bersama teman-teman dusun. Kami akan berbelanja untuk bahan memasak nanti sore. Rencananya, kami akan memasak untuk orang tua asuh kami. Aku memilih menu tahu telur untuk kumasak, jadi bahan yang kubutuhkan adalah telur, tahu, muncang (daun bawang), dan garam. Ternyata, selain aku, ada juga beberapa teman yang harus membeli telur, jadi di jalan aku berencana untuk urunan telur bersama Alyka dan Rania agar satuan timbangnya pas, karena masing-masing dari kami hanya membutuhkan dua atau tiga telur. Alyka memasak telur balado, sedangkan Rania memasak perkedel tahu. Jalan ke Pasar Talun cukup jauh. Rasanya aku sudah jalan jauh sekali tapi belum juga ada tanda-tanda kehadiran pasar. Kami akhirnya sampai juga di pasar setelah perjalanan yang jauh melewati sawah dan jalan raya. 


Berangkat ke Pasar Talun melewati kolam Pak Anto

Di pasar, aku dan Rania ditemani Intan (salah satu teman dusun) untuk membantu kami  mencari tempat penjual bahan-bahan yang kami butuhkan dan menemani kami. Pertama-tama, aku membeli muncang di tempat seorang pedagang sayur. Karena aku hanya membutuhkan sedikit muncang, aku membelinya seharga Rp5.00. Kemudian aku membeli tahu, kali ini aku urunan bersama Rania. Kami sama-sama membutuhkan tahu putih. Bahan yang terakhir kubutuhkan adalah telur. Karena kami di jalan sudah janjian urunan, aku dan Rania harus mencari Alyka terlebih dahulu. Akhirnya kami menemukannya. Kami pun membeli telur itu di sebuah kios di dalam pasar. Karena kakak Jaladwara tidak memperbolehkan kami menghasilkan sebuah sampah anorganik selama ekspedisi berlangsung (atau jika sampai menghasilkan kami harus membawa pulangnya), aku berusaha sebaik mungkin ketika belanja tidak menghasilkannya. Jadi aku membawa tempat makanku, botol minumku, dan tas belanja. Saat membeli telur, aku memakai tempat makanku untuk menaruh telur agar tidak pecah. Untungnya, jumlah telur yang kami beli muat di tempat makanku. Oh ya, saat membeli telur, aku cukup berterimakasih kepada Fira, karena dia menawarkan harga telur dari 11,500 menjadi 11,000 Hehehe.....


Kami urunan beli telur

Selain hanya berbelanja di pasar, kami semua juga mendapat tantangan untuk mengeksplorasi Pasar Talun. Tantangan ini dikerjakan bersama teman serumah kami. Tiap pasangan akan mendapat sebuah kartu. Di kartu itu akan ada petunjuk untuk tempat yang harus kami gali informasinya. Aku dan Rania mendapat tugas untuk mewawancarai penjual kacang dan bunga. Sialnya, tak ada penjual kacang yang tidak menjual ikan asin, padahal aku tidak tahan mencium bau amis. Akhirnya aku memutuskan untuk menahan saja bau amisnya. Pertamanya, kami pergi ke tempat penjual kacang, dan ternyata kami salah penjual, kacang yang dijual tidak terlalu lengkap. Karena itu, kami dianjurkan si pedagang untuk mewawancarai pedagang lain. 

Setelah mewawancarai penjual kacang yang lengkap, kami pergi ke tempat penjual bunga dan mewawancarainya. Setelah wawancara, aku jadi tahu bahwa ternyata, bunga di sini digunakan untuk sesajen dan untuk memandikan orang sakit dan digunakan sebagai obat.


Aku, Intan, dan Rania mewawancarai penjual bunga

Tugas eksplorasi pasar sudah selesai, tapi masih ada satu tugas lagi, yaitu membeli jenang gendul untuk sarapan. Sialnya, penjual jenang itu berada di pintu keluar pasar, jadi kami harus memojok tembok saat membelinya karena banyak orang lalu lalang di situ. Lalu, ditambah lagi ternyata kami masih harus mewawancarai penjual itu! Kami harus mengatur strategi untuk mewawancarai penjual itu. Akhirnya, kami punya ide untuk mewawancarainya, yaitu bergantian satu-satu. Tadinya aku sudah jengkel duluan karena harus mewawancarai penjual itu sebelum menemukan ide yang tepat. Setelah mewawancarai penjual itu, aku jadi tahu bahan-bahan dan cara pembuatan jenang gendul. 

Bahan:
- Tepung beras
- Gula jawa
- Santan 
- Air

Cara pembuatan:
1. Rebus tepung beras dengan air.
2. Saring tepung beras.
3. Campurkan tepung beras dengan gula jawa dan santan.
4. Jenang gendul siap dijual.

Setelah semua tugasku selesai, aku dan beberapa teman lain yang juga tak memiliki tugas lagi, menunggu bersama-sama teman yang belum selesai. Aku memutuskan untuk memakan jenang gendul nanti ketika sudah sampai di rumah saja. Ketika semua teman sudah menyelesaikan tugasnya masing-masing, kami pulang menaiki angkot, tidak berjalan kaki lagi, karena kami membawa banyak barang belanjaan. Kakak Jaladwara rupanya telah menyewa dua angkot. Aku menaiki angkot yang pertama. 


Kami di dalam angkot

Sesampainya di Sumber, kami diberi waktu istirahat. Aku mencicipi jenang gendul ketika sampai di rumah. Rasanya ternyata manis, dan teksturnya kental berwarna coklat. Setelah kucicipi, aku tahu bahwa jenang gendul ternyata makanan yang sama dengan yang ada di tempat tinggalku, hanya namanya saja yang berbeda. Di tempat tinggalku, namanya bubur candil. 

Eksplorasi Aktivitas Sosial Dusun Sumber #3

Siang ini, kami kembali mencari narasumber untuk mindmap kami. Pertama-tama, kelompokku pergi ke Balai Desa dan mewawancarai Pak Purwanto, petugas Balai Desa. Ternyata, ada juga beberapa kegiatan program pemerintah yang ditawarkan kepada warga seperti senam ibu-ibu, senam lansia, PKK, dan Program Tanggap Bencana. Selain itu, ada juga Festival 17-an, dan acara-acara adat Dusun Sumber. 

Setelah mendapat cukup informasi, kami balik ke sanggar untuk memberi tahu Kak Shanty apa saja informasi yang kami dapatkan. Setelah itu, kami istirahat makan siang. Siang ini Bu Priati memasak soto. Rasanya segar sekali, ENAAAKKK!!!

Usai makan siang, kami pun melanjutkan eksplorasi lagi. Kali ini, kami berencana pergi ke tempat Bu Gallant, guru SD Kanisius Dusun Sumber. Sebelumnya, kami menanyakan alamat rumahnya kepada Kak Inu. Kami sekelompok lalu berjalan kaki ke sana. Sesampainya di rumah itu, tidak ada orang. Kami lalu memutuskan untuk mewawancarai Pak RW 01 saja yang rumahnya bersebelahan dengan rumah Bu Gallant. 

Ketika wawancara, Pak RW (Pak Sarjono) sangatlah ramah, kami sampai disuguhi teh manis hangat, dan mendapat bonus cerita Erupsi Merapi tahun 2010. 


Dari hasil wawancara kami, kami jadi tahu bahwa persahabatan antar tetangga sangatlah kuat di Dusun Sumber. Contohnya, ketika Pak Sarjono membangun rumah, ia tak perlu memanggil tukang, ia hanya mengundang 30 orang tetangganya saja, namun, tetangga yang datang membantu ternyata 80 orang lebih! Dan rumah itu jadi dalam waktu 1 hari saja! Menurutku itu keren sekali. Selain itu, budaya di sana juga masih sangatlah kuat. 

Sepulangnya dari rumah Pak Sarjono, kami mewawancarai Pak Untung, pemilik Sanggar Bangun Budaya. 


Kelompokku mewawancarai Pak Untung

Ternyata, Sanggar Bangun Budaya adalah sanggar yang berfokus ke seni. Konsep sanggar itu adalah sanggar tak berbayar. Ada beberapa guru yang datang untuk mengajar tarian tradisional, musik, dan lain sebagainya. Itu semua tak berbayar. Sedangkan di tempat tinggalku, tak ada hal semacam itu, adanya adalah les atau kursus yang berbayar. Selain itu, proyek-proyek pembuatan film juga dibuat di situ. Semua aktivitas sosial di Dusun Sumber ternyata di jalankan di situ. Semuanya juga diterima di sanggar keren itu.

Saatnya Memasak!

Saatnya memasak tahu telur! Bahan-bahan telah disiapkan untuk memasak sore hari ini. Aku memasak tahu telur bersama Rania di dapur rumah Angel. Aku memecah dua butir telur dan mencampurnya dengan air, daun bawang yang sudah kuiris, tahu yang kupotong kotak-kotak, dan garam di sebuah mangkuk plastik berwarna putih. Setelah itu, aku menggorengnya dengan minyak yang ternyata terlalu banyak. Awalnya, aku cukup sabar untuk membalik telur, dan benar saja, telur itu terbalik dengan sempurna. Namun, ketika kedua kalinya membalik, aku kurang sabar, jadi telur itu hancur! Selain itu minyaknya terlalu banyak, akhirnya minyak itu dituang ke wajan tempat Rania akan menggoreng perkedel tahunya. Rania menggoreng perkedel tahunya dengan sempurna. Katanya, rasa dan bentuk perkedel tahunya jauh lebih baik sekarang dari pada waktu latihan memasaknya. 



Saat memasak di dapur

Ketika tahu telurku kucicipi, rasanya menurutku sudah pas daripada waktu latihan, sayangnya, seperti yang sudah kuceritakan tadi, bentuknya hancur lebur! Aku juga mencicipi masakan Rania, rasanya juga enak ditambah lagi bentuknya sempurna. Setelah itu, aku dan Rania jalan-jalan ke rumah teman lain untuk melihat mereka memasak karena kami sudah selesai duluan. Pertama-tama, kami berjalan ke rumah kakakku dan Alesha, di sana kami melihat kakakku memasak sambal tempe dan Alesha memasak bayam jagung. Lalu kami mengunjungi rumah Kak Rayda dan Nayra, rumah Alyka dan Fira, dan beberapa rumah teman lain. Di rumah Alyka, aku dan Rania membantu mengelupas cangkang telur rebus. Telur yang baru direbus itu masih sangat panas. 

Akhirnya bulan pun datang diikuti bintang-bintang yang cemerlang menggantikan matahari,  malam pun tiba. Seperti biasa kami membuat log book dan berefleksi bersama malam hari ini. Tapi, karena Sanggar Bangun Budaya dipakai untuk arisan PKK, kami terpaksa pindah ke Balai Desa. Selain membuat log book dan berefleksi bersama, di sana kami juga bermain permainan bersama. Permainan yang kami mainkan adalah munggah medun (dalam bahasa indonesia artinya naik turun), dan permainan lawan kata. Saat berefleksi bersama, kami merefleksikan kegiatan memasak sore tadi.


 Saat refleksi

 Bermain bersama


Sumber foto: Tim Jaladwara










Komentar

Postingan Populer