Rahasia di Balik Gambar (Meeting 3)
Ini adalah pertemuan
terakhir dari kelas dasar Rahasia di Balik Gambar. Sejauh ini sudah diadakan
dua pertemuan, dan ini yang ketiga. Seperti sebelumnya, aku membua aplikasi jitsi meet dan masuk kedalam online meeting itu. Ketika pertemuan
kali ini dimulai, pemanasan acara dilakukan dalam bentuk yang berbeda. Kami
diberi sebuah lukisan yang menggambarkan beberapa orang dengan ekspresi wajah
yang berbeda-beda,lalu setelah diberi waktu yang cukup untuk mengamati dan memilih
sebuah wajah dalam lukisan, kami ditanyai oleh Kak Inu menurut kami apa alasan orang
yang kami pilih berekspresi begitu. Aku memilih seorang anak perempuan balita
yang tersenyum. Menurutku mungkin alasan ia tersenyum adalah karena ia barusan
mendapat mainan baru (di lukisan itu anak tersebut memang memegang mainan). Dari
semua pertemuan, menurutku pemanasan yang paling seru adalah yang kali ini,
karena kali ini aku bebas mengarang cerita dari ekspresi yang ditunjukan sebuah
wajah. Dan lebih lagi Kakak-kakak
Jaladwara mengatakan bahwa gak ada yang salah maupun benar, jadi aku merasa
bebas berpendapat, bukannya ikut-ikutan karena takut salah. Lalu di kolom chat, kami ditanyai bagaimana kami cara
kami melakukan pengamatan ketika diberi sebuah gambar. Jawabannya beragam,
sedangkan aku sendiri menjawab bahwa aku biasanya mengamati dari besar ke
kecil, jadi aku memperhatikan garis besarnya dulu lalu baru detailnya.
Lambat laun, semua
anak sudah mengutarakan pendapatnya masing-masing, jadi kami lanjut ke gambar berikutnya
(seperti sebelumnya gambar kali ini berupa sebuah foto). Instruksinya masih
sama seperti pertemuan pertama dan kedua, yaitu mengamati foto. Ketika melihat
foto itu yang terlintas pertama kali adalah bahwa orang-orang yang berada di
foto itu sedang membeli baskom, toples, dan peralatan dapur lainnya yang
dijajakan oleh seorang penjual menggunakan mobil pick-up. Sedangkan tempat kejadiannya berada di sebuah desa di
perbukitan di Ndona, NTT dari celana seorang anak yang bertuliskan “SMPN 1
Ndona” (aku mengaku nge-search di
Google untuk tahu Ndona itu di mana karena gak tahu kalau searching di Google itu dilarang karena akan membatasi daya
imajinasi kami. Mungkin ini alasannya Kak Inu tidak memberitahu kisah foto yang
sebenarnya. Tapi intinya Kak Inu baru memberi tahu kami di akhir foto kedua.
Hehehe).
Aku sebenarnya agak berharap terjadi perdebatan seru seperti pertemuan kedua. Sebenarnya bisa sekali terjadi perdebatan karena tidak semua pendapat kami sama, bahkan kalau di kerucutkan, ada tiga pendapat besar, yaitu pendpatku dan teman-teman yang sependapat denganku, pendapat bahwa foto itu menggambarkan situasi pembagian sembako, dan situasi bagi-bagi baskom. Karena ingin terjadi perdebatan seperti pertemuan lalu, aku mendebat pendapat seorang teman bahwa kalau misalnya bagi-bagi baskom pasti warga yang berkunjung akan lebih banyak. Tapi, sayangnya teman yang pendapatnya ku debat tidak merespon, jadi tidak terjadi perdebatan. Pengamatan fotonya memang sangat seru, tapi rasanya ada yang kurang kalau tidak terjadi perdebatan.
Foto kedua akhirnya
diberikan, dan instruksinya masih sama seperti foto pertama. Aku kali ini benar-benar
dibuat bingung oleh foto kedua, karena kalau kusimpulkan sebagai demo,
orang-orangnya gak bawa spanduk, kalau kerusuhan senjatanya aneh, sedangkan
kalau kebakaran apinya datang dari ranting-ranting yang digenggam orang-orang,
bukan dari gedung. Sedangkan kalau perayaan, aku belum pernah mendengar ada
perayaan seperti itu. “Ahhh aku bingung!”
pikirku. Tapi, karena giliranku paling terakhir, aku bisa mendengarkan dulu
opini teman-teman yang mungkin dapat membantu. Dan benar saja, ketika seorang
teman mengutarakan opininya aku jadi tahu kalau ternyata memang ada perayaan yang
disebut Festival Perang Api. Perayaan itu ternyata diselenggarakan sesaat
sebelum Hari Raya Nyepi. Dari pendapat ini, aku jadi berpendapat kalau bisa
juga pendapat teman itu benar. Nah, tapi, ternyata di sini masalahnya. Karena
ingin tahu, aku sekali lagi googling. Dan
memang daya imajinasiku memang berkurang karena aku melihat beberapa foto cukup
mirip seperti yang diberikan oleh Kak Inu. Jadi aku langsung berpendapat sama
dengan teman itu dan yakin bahwa kisah dari foto itu adalah Festival Peran Api
di Ubud, Bali.
Waktu Kakak-kakak Jaladwara tahu bahwa beberapa dari kami googling, mereka langsung menjelaskan bahwa kami sebenarnya tidak boleh googling karena akan membatasi daya imajinasi kami, dan itu adalah alasan mengapa mereka tidak memberi tahu kisah dibalik gambar. Alasannya
memang cukup masuk akal juga ternyata.
Karena ini adalah
akhir dari acara Rahasia di Balik Gambar kelas dasar, kami diajak foto
bersama-sama di penghujung acara Online
Meeting ini. Kak Rinta yang memotret kami semua. Sebenarnya ini bukanlah acara terakhir dari Rahasia di
Balik Gambar, karena sekitar bulan Juli akan diadakan kelas mahir. Kata
Kakak-kakak Jaladwara, di kelas mahir kami akan belajar riset sederhana, dan
belajar mengenali khas suatu daerah, bukan lagi negara, serta masih banyak yang
lain. Aku berencana akan mengikuti acara kelas mahir, karena sejauh ini, selain
seru kegiatan ini membuatku belajar berdebat, mempertahankan pendapat, berani
berbeda, dan gak takut salah. Terima kasih Kakak-kakak Jaladwara!
Komentar
Posting Komentar